Observasi ini adalah yang pertama kali saya lakukan. Mungkin sedikit menantang karena yang kami observasi adalah anak SMA yang notabene usianya tidak terlalu jauh dari kami. Banyak pengalaman yang saya dapat khusunya tentang pendekatan kepada anak remaja yang semudah yang dibayangkan. observasi ini sangat bermanfaat bagi saya.
Dibalik kaca mata friska
Minggu, 09 April 2017
RESUME 2 (INTELEGENSI)
Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa
Inggris “Intelligence” dan Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau
Intellegere” artinya memahami. Teori tentang intelegensi pertama kali
dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951 yang mengemukakan
adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal
pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa
Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut
“Noeseis”. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan
perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
Dari segi Istilah inteligensi adalah kecerdasan.
Kemampuan seseorang dalam berfikir dan belajar, memecahkan masalah,
memproses sesuatu, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan. Setiap individu mempunyai inteligensi yang berbeda – beda. Sebagai contoh,
seorang dokter dan seorang supir angkot. Sang dokter pandai dalam mengobati
pasien, dan sang supir angkot pandai dalam mengemudikan angkotnya. Para tokoh yang berpendapat bahwa inteligensi merupakan bawaan dari lahir
yaitu Arthut R Jensen, Sir Cyril Burt, Woodrow dan David Wechsler. Tokoh yang
beranggapan bahwa inteligensi ditentukan oleh lingkungan yaitu Jerome S Kegan.
Dan tokoh – tokoh yang beranggapan bahwa inteligensi merupakan hasil dari
keturunan, lingkungan dan interaksi antara keduanya Crow, Hilgard, dan Clark.
B. Intelegensi Menurut Para
Ahli
a. Wangmuba, Inteligensi merupakan suatu
konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat
kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah
melalui suatu latihan.
b. Claparde
dan Stern intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
c. K.
Buhler intelegensi adalah perbuatan
yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
d. David
Wechster (1986). Definisinya mengenai
intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan
akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia
mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
e. Howard Gardner, Inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan
produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.
Inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam
ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi, inteligensi
memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam
situasi yang bermacam macam.
f. L.L.
Thurstone mengemukakan 7 faktor dasar :
1. Verbal
comprehension (v), kecakapan untuk memahami pengertian yang diucapkan dengan
kata – kata.
2. Word fluency (w), kecakapan dan kefasihan
dalam menggunakan kata – kata.
3. Number (n),
kecakapan untuk memecahkan soal matematika.
4. Space (s),
kecakapan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan formal
5. Memory (m),
kecakapan untuk mengingat
6. Perceptual
(p), kecakapan mengamati dan menafsirkan.
7. Reasoning (r), kecakapan menemukan dan
menggunakan prinsip – prinsip.
g. George D. Stodard, Intelegensi adalah kecakapan dalam
menyatakan tingkah laku, yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai
tingkat kesukaran
2. Kompleks
3. Abstrak
4. Ekonomis
5. Memiliki
nilai – nilai sosial
6. Memiliki
daya adaptasi dan tujuan
7. Menunjukkan
kemurnian (original)
h. Lewis Medison Terman, Intelegensi
terdiri atas dua faktor :General ability (faktor G), yaitu kecakapan umum dan
special ability(faktor S),yaitu kecakapan khusus.
i. Carl Witherington Dalam buku Educational psychlogy,
Witherington mendefenisikan intelegensi sebagai berikut : (intelegensi adalah
kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan /
kegiatan-kegiatan)
Macam-macam Intelegensi
a)
Intelegensi terikat dan bebas
Intelegensi
suatu mahluk yang bekerja dalama
situasi – situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan. Intelegensi bebas, terdapat pada
manusia yang berbudaya dan berbahasa. Dengan Intelegensinya orang selalu ingin
mengadakan perubahan – perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau tujuan
telah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lain lebih tinggi dan
lebih maju.
b) Intelegensi menciptakan dan meniru
Intelegensi
mencipta ialah kesanggupan menciptakan tujuan – tujuan baru dan mencari alat-
alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi meniru, yaitu kemampuan
menggunakan dan mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang
dibuat, yang diucapkan maupun yang ditulis.
Teori-Teori Intelegensi
1. Teori Faktor, dikembangkan
oleh Spearman ke dalam kemampuan mental
manusia. Yakni :
a. (factor kemampuan umum) : kemampuan
menyelesaikan masalah atau tugas –
tugas secara umum (misalnya,kemampuan menyelesaikan soal – soal matematika)
b. (factor kemampuan khusus) :kemampuan
menyelesaikan masalah atau tugas–tugas
secara khusus (misalnya, mengerjakan soal – soal perkalian,atau penambahan dalam matematika)
2. Teori Struktural Intelektual Teori ini
dikembangkan oleh Guilford, dia mengatakan
bahwa tiap tiap kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri adalah sbb :
a. Operation
(aktivitas pikiran atau mental) diantaranya Cognition yaitu aktivitas mencari,
menemukan, mengetahui dan memahami informasi. Misalnya mengetahui makna kata
“adil” atau “krisis”, Convergent
production yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang ingatan.
Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS. Evaluation yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok
dengan tuntunan berpikir logis
b. Content
(isi informasi) yaitu informasi – informasi yang muncul secara
langsung dari stimulasi yang diterina oleh mata. contohnya Auditory yakni informasi-informasi yang muncul secara
langsung dari stimulasi yang diterina oleh system pendengaran (telinga).
c. Product
(bentuk informasi yang dihasilkan) Unit yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu
keunuikan didalam kombinasi sifat dan atributnya, contoh bunyi musik,cetakan
kata. Class yakni sebuah konsep
dibalik sekumpulan obyek yang serupa. Misalkan bilangan genap dan ganjil. Relation yakni hubungan antara dua
item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan berurutan, Abi kawin dengan
Ani.
3. Teori Kognitif Teori ini dikembangkan oleh
Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam beberapa komponen
yaitu:
a. Metakomponen
adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang
digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam
suatu tugas
b. Komponen
kinerja adalah proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan
berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas
c. Komponen
perolehan pengetahuan adalah proses – proses yang terlibat dalam mempelajari
informasi baru dan penyimpanannya dalam ingatan
4. Teori
Inteligensi Majemuk (multiple intelligences) Teori ini dikembangkan oleh Howard
Gadner, dalam teorinya ia mengemukakan sedikitnya ada tujuh jenis inteligensi
yang dimiliki manusia secara alami, diantaranya :Inteligensi bahasa,
Inteligensi matematika-logika (mathematical-logical), Inteligensi ruang
(spatial intelligence), Inteligensi musik (musical intelligence), Inteligensi gerak-tubuh
(bodily-kinesthetic intelligence), Inteligensi
intrapersonal.
Ciri-Ciri Intelegensi
1.
Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir
secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).
2.
Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap
lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
Ciri – ciri tingkah laku yang intelegen menurut
Effendi dan Praja (1993):
1)
Purposeful behavior, artinya selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan
yang jelas.
2) Organized
behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi, senua tenaga dan alat – alat
yang digunakan dalam suatu pemecahan masalah terkoordinasi dengan baik.
3) Physical
well toned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga,
ketangkasan, dan kepatuhan.
4) Adaptable
behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis, dan kaku,
tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang
baru.
5) Success
oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari rasa aman, tenang,
gairah, penuh kepercayaan, akan sukses/optimal.
6) Clearly
motivated behavior, artinya tingkah laku yang memenuhi kebutuhannya dan
bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7) Rapid
behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif dan cepat atau menggunakan
waktu yang singkat.
8) Broad
behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas
yang meliputi sikap dasar dan jiwa yang terbuka.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Intelegensi
a. Pengaruh faktor bawaan, Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi
( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang
tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi
dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20
).
b. Pengaruh faktor lingkungan Perkembangan
anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian
makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting
selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan
berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
c. Stabilitas
intelegensi dan IQ Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu
konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes
intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari
intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.
d. Pengaruh
faktor kematangan Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
e. Pengaruh faktor pembentukan Pembentukan
ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi.
f. Minat dan
pembawaan yang khas Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi
dengan dunia luar.
g. Kebebasan Kebebasan
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut
di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya
seorang individu.
G. Macam-Macam
Pengukuran Intelegensi
Tes kemampuan adalah suatu tes yang dirancang untuk mengukur kapasitas atau
potensi seseorang dan bukanya apa yang sudah dicapai (actual achievement), yang
pada intinya terdiri dari dua bagian, yaitu: Tes intilegensia (Tes of
intelegence) yang biasanya digunakan untuk mengukur keseluruhan
kapasitas dan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), Tes ketangksan
(Aptitude Tes) yang biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan
belajar yang membutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu.
Adapun
tes inteligensi yang standar antara lain, adalah:
1. Tes Binet-Simon: intelegensi yang pertama kali diciptakan
oleh Alfred Binet Simon tahun 1908 di Perancis. Tes ini mulanya sangat
sederhana dan hanya untuk anak-anak saja. Akhirnya mendapat sambutan baik dari
para ahli, sehingga banyak yang menyempurnakannya. Dengan menggunakan tes
intelegensi, dapat ditentukan tingkat kecerdasan atau inteligensi quotient (IQ)
seseorang. Untuk mencari IQ rumusnya adalah:
Keterangan :
·
MA (mental Age atau Umur Psikis), yaitu berapa tahun umur yang
normal dapat setingkat dengan kecerdasa anak yang bersangkutan. Misalnya si Ali
yang berumur 5 tahun dapat menjawab tes sebanyak 20 soal dengan benar.
Sedangkan anak normal yang dapat menjawabnya adalah berumur 6 thun. Jadi,
berarti umur psikis Ali adalah sama dengan 6 tahun.
·
CA (Chronological Age atau Umur Kalender), yaitu umur anak yang
sebenarnya ,menurut penanggalan (kalender). Ali, misalnya CA-nya adalah 5
tahun, maka: Angka IQ Ali sebesar 120 berarti ia tergolong anak yang cerdas (superior).
Dibawah ini dijelaskan arti dari angka IQ.
140 – keatas luar biasa cerdas (genius)
120 – 139 sangat cerdas (superior)
110 -119 diatas normal
70 -79 bordeline (garis batas)
50 – 69 debile
26 – 49 embicile
0 -25 idiot
2.
Tes Weschler: tes intelegensi yang dibuat oleh Weschler Bellevue tahun 1939. Tes ini ada
2 macam. Pertama untuk umur 16 tahun ke atas,
dan kedua tes untuk anak-anak. Tes Weschler meliputi dua sub, yaitu
verbal dan performance (tes lisan dan perbuatan dan keterampilan). Tes lisan
meliputi pengetahuan meliputi pengetahuan dan umum, pemahaman, ingitan, mencari
kesamaan, hitungan dan bahasa.
Sedangkan tes keterampilan meliputi:
·
Menyusun gambar
·
Melengapi gambar
·
Menyusun balok-balok keciltes
·
Menyusun bentuk gambar
·
Sandi (kode angka-angka)
Sistim
scoring tes Weschler berbeda dengan Binet-Simon. Jika Binet-Simon menggunakan
skala umur maka Weschler dengan skala angka. Pada tes Weschler setiap jawaban
diberi skor tertentu. Jumlah skor mentah itu dikonversikan menurut daftar tabel
konversi sehingga diperoleh angka IQ. Persamaan tse Weschler dengan
Binet-Simon yaitu kedua tes tersebut dilaksanakan secara individual (perorangan).
Selain tes Binet-Simon dan Weschler sebagaimana dikemukakan diatas masih ada
lagi tes inteligensi, yaitu tes armnya alpha dan beta.
3. Tes army alpha dan beta: Tes Army Alpha khusus
untuk calon tentara yang pandai membaca, sedangkan yang army beta untuk calon
yang tidak pandai membaca. Tes ini diciptakan pada mulanya untuk memenuhi
keperluna yang mendesak dengan menyeleksi calon tentara waktu Perang Dunia II.
4. Tes Progresive Metrices: Tes inteligensi ini diciptakan oleh L.S
Penrose dan J.C Laven di inggris tahun 1938. Tes ini rombongan dan perorangan.
Berbeda dengan Binet Weschler, tes ini tidak menggunakan percentile.
Hubungan Inteligensi dengan Kehidupan
Memang kecerdasan/inteligensi seseorang memainkan
peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat
kompleks, intelegensi bukan satu-satunya faktor
yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang
lain, seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan
saja meskipun intelejensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan
dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada
kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal pula. Juga watak
(pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan.
Sebaliknya,
ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelejensi yang sedang saja, dapat
lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan
keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya.
Akan tetapi intelejensi yang rendah menghambat
pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan
bertekun dalam usahanya. Kecerdasan atau intelejensi seseorang memberi
kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya.
a) Intelegensi terikat dan bebas
Dikotomi
Gaya Belajar dan Berpikir
1. - Implusif dan Reflektif
Implusif/reflektif
sering disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung cepat dan implusif
atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi dan
sebuah jawaban.
2. - Gaya Mendalam atau Dangkal
Maksudnya adalah sejauh mana murid mempelajari materi pejaran
dengan suatu cara yang membantu mereka untuk memahami makna materi tersebut
(gaya mendalam) atau sekedar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya
dangkal)
Teaching
Strategis
A. Bekerja dengan anak yang implusif
1. Pantau di kelas untuk mengetahui
mana anak-anak yang implusif\
2. Bicara kepada mereka gara mau
meluangkan lebih banyak waktu untuk berfikir sebelum memberikan jawaban
3. Dorong mereka untuk menandai
infoemasi baru saat mereka membahasnya
4. Jadilah guru yang bergaya reflektif
5. Bantu murid untuk menentukan standar
tinggi bagi kinerjanya
6. Hargai murid implusif yang mau
meluangkan lebih banyak waktu utnuk berfikir
7. Bantu murid untuk menyusun sendiri
rencana guna mengurangi keimplusivitasnya
B. Membantu pelajar dangkal agar mau
berpikir dengan mendalam
1. Panatu murid untuk mengetahu murid
mana yang merupakan pembelajar dangkal
2. Diskusilah dengan murid bahwa ada
yang lebih penting dari sekedar mengingat materi.
3. Ajukan pertanyaan dan beri tugas
yang mensyarakan murid untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka yang lebih
luas
4. Jadilah seorang model yang memproses
informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi informasi di permukaan saja
5. Jangan menggunakan pertanyaan yang
membutuhkan jawaban Ya tau Tidak.
MENGEVALUASI GAYA BELAJAR DAN BERPIKIR
Dalam sebuah kelas sangat mungkin berisi anak-anak dengan gaya belajar dan
berpikir yang berlainan. Gaya adalah cara murid menggunakan kemampuannya.
Akan sangat membantu apabila seorang guru mengetahui mana murid yang imlusif
dan bergaya dangkal. Cari cara yang bisa membantu mereka untuk lebih menjadi
reflektif dan mendalam.
Gaya belajar dan berpikir mungkin bervariasi berdasarkan konteks sekolah, level
kelas dan mata pelajaran.
Langganan:
Postingan (Atom)